saco-indonesia.com, Korban pembunuhan karyawati garmen merupakan warga pendatang yang baru bekerja di Pabrik Garmen,PT. Petromin
saco-indonesia.com, Korban pembunuhan karyawati garmen merupakan warga pendatang yang baru bekerja di Pabrik Garmen,PT. Petromindu, Jalan H. Dimun 1, Sukamaju, Cilodong Kota Depok, Rabu (8/1/2014) pagi.
Diketahui identitas korban yang Siti Rohani yang berusia 25 tahun , warga Mulo, RT 012/004, Kelurahan Mulo, Wonosari, Gunung Kidul, Jawa Tengah,
“Korban juga baru mengontrak beberapa bulan di kontrakan milik Ibu Sarmin Silaban,”ujar Erni teman satu kontrakan korban bersama anggota reskrim Polresta Depok ke tempat kerjanya.
Diceritakan Erni, temannya tersebut juga baru beberapa bulan bekerja sebagai buruh garmen di PT Petromindu di Jalan H Dimun 1. “Dari tempat kontrakan korban ke pabrik hanya berjarak sekitar 1 KM. Setiap hari korban jalan kaki menuju ke tempat kerja,”ungkap wanita berkulit putih ini.
Gadis belia yang berasal dari Kebumen ini juga mengatakan, korban juga mempunyai pacar yang sering menjemput ke kontrakannya. “Pacarnya selalu disebut-sebut dengan ‘Abang’. Ciri-cirinya tinggi, kurus, berkulit hitam. Memang sering mengantarkan korban ke pabrik tempat kerja,”katanya.
Editor : Dian Sukmawati
saco-indonesia.com, Tempat prostitusi di Jawa Timur saat ini masih marak. Untuk dapat menekan berkembangnya tempat-tempat lokali
saco-indonesia.com, Tempat prostitusi di Jawa Timur saat ini masih marak. Untuk dapat menekan berkembangnya tempat-tempat lokalisasi tersebut, MUI Jawa Timur telah membentuk Ikatan Dai Area Lokalisasi (IDIAL). Mereka telah ditugaskan untuk berdakwah di area prostitusi.
"Untuk bisa mengentaskan para WTS dan mucikari menuju profesi dan alih fungsi, IDIAL telah melakukan pendekatan religiusitas keagamaan, yaitu dengan dakwah persuasif, integratif dan solutif," kata Ketua IDIAL Jawa Timur, Sunarto dalam bedah buku: "Kiai Prostitusi dan Pelatihan Da'i Relawan Mandiri" di Auditorium Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Kamis (19/12).
Sunarto juga mengatakan, pelatihan ini juga sudah merambah ke seluruh pelosok kabupaten dan kota di Jawa Timur. "Ini kali ketiga, pelatihan sebelumnya hanya lingkup Surabaya, tapi sekarang IDIAL telah merekrut relawan di seluruh daerah se-Jawa Timur," katanya.
Untuk Surabaya sendiri, kata Sunarto, relawan dan dai yang disebar di enam lokalisasi sudah berhasil menutup empat lokalisasi, bekerjasama dengan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jawa Timur. "Sekarang, di Surabaya yang sudah ditutup di antaranya, Dupak Bangunsari, Tambak Asri, dan Klakah Rejo. Sememi sebentar lagi yang dilanjutkan Dolly dan Jarak," ujarnya.
Sejauh ini sudah ada 300 dai. Mereka juga sudah dibekali dengan pelatihan khusus. "Mereka (peserta pelatihan) juga diharapkan akan bisa menjadi juru dakwah dan relawan mandiri yang betul-betul dapat memahami karakteristik, situasi dan kondisi di lokalisasi daerah mereka masing-masing," harap Sunarto.
Sunarto menulis buku ini karena terinspirasi dari perjuangan Khoiron Syu'aeb. Menurutnya, Khoirun sebagai sosok dai yang telah malang melintang di dunia pembinaan prostitusi.
"Buku ini, semoga bisa juga menjadi inspirasi bagi dai-dai baru yang siap diterjunkan di daerahnya masing-masing, khususnya di wilayah prostitusi," harapnya.
Kiai Khoiron sendiri, masih menurut Sunarto, tidak pernah merasa keberatan dijuluki sebagai Kiai Prostitusi. Dengan begitu, ia lebih mudah berdakwah di tempat prostitusi.
"Kiprah dakwahnya telah terbukti lebih ampuh dan efektif dan bisa dijadikan sebagai contoh untuk menangani prostitusi. Sudah ada bukti, seperti Hj Narti misalnya, yang telah memulai karirnya sebagai WTS, kemudian mucikari yang kemudian berhasil dientaskan oleh Kiai Khoiron, bahkan sudah berhaji dan membuka bisnis ekspedisi sekarang," ungkapnya.
Kini, Narti juga berperan aktif menjadi relawan dan mengajak eks WTS terlibat dalam pengajian rutin di daerah Dupak Bangunsari. "Diharapkan, ada banyak lagi Hj Narti-Hj Narti lain. Meski nantinya usaha yang telah mereka dirikan pasca penutupan lokalisasi tidak besar, dengan modal yang telah disediakan oleh Kementerian Sosial dan pemerintah serta pembinaan rutin, mereka juga bisa mengembangkan usaha yang mulanya kecil menjadi besar," harap Sunarto.
Editor : Dian Sukmawati