saco-indonesia.com, Badan
Nasional Penanggulangan Teroris atau BNPT menduga Pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso
merupakan satu jaringan dengan teroris di Jakarta, Bandung, Solo, NTT, Aceh, yang merupakan anak
buah dari Abu Umar, Abu Roban, Kodrat, Sofyan dan Jamil.
Bandung, Saco- Indonesia.com, Badan Nasional Penanggulangan Teroris atau BNPT menduga Pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso merupakan satu jaringan dengan teroris di Jakarta, Bandung, Solo, NTT, Aceh, yang merupakan anak buah dari Abu Umar, Abu Roban, Kodrat, Sofyan dan Jamil.
Demikian hal itu dikatakan Kepala BNPT, Ansyad Mbai, Selasa (4/6) hari ini.
Ansyad mengatakan, aparat kepolisian dari mabes polri terus melakukan identifikasi terkait pelaku bom bunuh diri yang terjadi di Poso, dan hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui jaringan-jaringan mana. Karena saat ini jaringan teroris tersebut mencari bibit-bibit baru untuk dijadikan sel-sel teroris.
Editor:Liwon Maulana
Sumber:Elshinta
saco-indonesia.com, Masalah pembajakan hak cipta untuk karya lagu di Indonesia sudah mencapai titik nadir.
Yeah, begitu mudahnya kita mendapatkan la
saco-indonesia.com, Masalah pembajakan hak cipta untuk karya lagu di Indonesia sudah mencapai titik nadir. Yeah, begitu mudahnya kita mendapatkan lagu-lagu dengan format mp3 secara ilegal, entah itu download dari layanan file sharing, men- copy dari teman maupun membelinya dari lapak-lapak DVD di pinggir jalan. Bahkan artis dan label dibuat pusing dengan permasalahan ini, berbagai kampanye anti bajakan dan langkah- langkah lainnya untuk mencegah terjadinya pembajakan gencar dilakukan.
Okey, saya juga mengakui kalau dulu pernah download lagu-lagu secara ilegal. Kemudian saya menyadari bahwa karya lagu merupakan sumber penghasilan bagi para musisi dan mendapatkannya secara ilegal tentunya sangat merugikan bagi para musisi tersebut. Sangat penting untuk menyadari akan masalah copyright atau hak cipta bagi kita yang bekerja di dunia kreatif.
Bagi Anda yang berkocek tebal tentu tidak memiliki masalah untuk dapat membeli dan menikmati lagu-lagu. Tapi bagi kamu yang memiliki dana terbatas dan tidak cukup untuk membeli sebuah CD, solusinya? Download lagu gratis! (dan legal tentunya) Yeah, banyak sekali online resource yang menyediakan lagu-lagu ber-format mp3 secara gratis. Memang kebanyakan dari musisi-musisi indie dan (mungkin) masih asing didengar bagai dari antah berantah. But, hei secara musikalitas lagu-lagunya gak kalah keren dari artis-artis terkenal loh. Mencoba mendengarkan sesuatu yang baru tentu menjadi tantangan tersendiri kan? :D dan para hipster bilang “is too mainstream! let’s get indie”.
Jamendo
Jamendo
Semua lagu di Jamendo gratis untuk di-download dan dilisensikan dari salah satu lisensi Creative Commons atau Free Art License, sehingga hukum untuk men- copy, berbagi, memodifikasi dan digunakan secara komersial sudah diatur pada tiap lisensi yang dicantumkan pada lagu-lagu tersebut. Ada lebih dari 32.000 album dari seluruh musisi di dunia yang tersedia untuk di-download sekarang di Jamendo. Menjadikan Jamendo salah satu dari website terbaik untuk men-download lagu gratis dan tumbuh menjadi perpustakaan lagu-lagu gratis.
PureVolume
PureVolume
PureVolume adalah sebuah website yang digunakan untuk mencari dan mempromosikan seorang musisi maupun band. Musisi atau band di PureVolume memiliki akses penuh untuk men-upload lagu dan mengaturnya untuk dibagikan gratis ataupun dijual, men- upload video, menjual merchandise dan memberi info jadwal tour/konser mereka.
ReverbNation
ReverbNation
ReverbNation menjadi sebuah wadah berkumpulnya para pelaku industri musik profesional, manajemen artis, label, musisi, band, promotor, dan tentunya fans. Banyak artis, musisi dan band terkenal nangkring disini, yang lokal Indonesia juga banyak. Biasanya mereka memberikan minimal satu lagu gratis untuk di-download.
LastFM
LastFM
Selain menjadi jejaring sosial musik terbesar, LastFM juga turut memberikan lagu-lagu gratis terutama dari para musisi atau band indie. Masuk ke menu “Free Music Downloads” untuk melihat daftar lagu gratis dan men-download-nya.
MP3
MP3
MP3 adalah sebuah website yang dioperasikan oleh CNET Networks yang menyediakan informasi tentang lagu, album, dan video dari para musisi di seluruh dunia. Tidak hanya berbayar, MP3 juga menyediakan ribuan lagu-lagu gratis untuk di-download.
SoundCloud
SoundCloud
Siapa yang tidak kenal SoundCloud? bagi pecinta musik tidak afdol rasanya bila tidak memiliki akun di sini. Selain sebagai social sound platform, SoundCloud juga menyediakan lagu-lagu dari para member-nya yang bisa di-download secara gratis.
NoiseTrade
NoiseTrade
Ide dari NoiseTrade sangat menarik! “Fans get free music. Artists connect with new fans. Everybody wins”. Sound very Indie, right? Tentunya NoiseTrade menjadi sebuah ‘Valhalla’ bagi para musisi di jalur indie.
Epitonic
Epitonic
Epitonic pertama kali di launch pada 8 Maret 1999. Website ini menjadi salah satu yang pertama sebagai music library dan informasi seputar industri musik. Sempat terbengkalai pada tahun 2004 dan pada 8 Maret 2011 Epitonic kembali di launch dengan penambahan fitur-fitur yang lebih keren.
Stereogum
Stereogum
Stereogum adalah salah satu blog mp3 pertama. Stereogum pertama kali rilis lebih fokus membahas pada genre musik indie dan alternatif. Tapi dengan antusiasme yang besar dari para musisi, kini Stereogum menghadirkan hampir semua genre musik. Anda bisa men-download lagu secara gratis dari beberapa artis terkenal seperti: Kanye West, Ryan Adams, Vampire Weekend, dan lain-lain.
FreeMusicArchive
FreeMusicArchive
Ingin mendapatkan playlist yang tidak biasa? Anda bisa mencoba di FreeMusicArchive. Download seluruh track dari playlist yang sudah di kurasi oleh para kurator indie terpercaya. “It’s not just free music; it’s good music”.
Myspoonful
Myspoonful
Myspoonful memberikan lagu-lagu baru secara gratis tiap harinya. Tim Myspoonful rutin menkurasi artis atau musisi indie yang terbaik dan merekomendasikannya untuk anda.
Amazon MP3
Amazon mp3
Amazon salah satu toko online retail terbesar juga menjual lagu-lagu layaknya iTunes store. Selain berbayar, Amazon MP3 memberikan cukup banyak lagu gratis yang bisa anda download.
Insound
Insound
Insound adalah sebuah toko online musik yang salah satu produk terkenalnya adalah mixtape lagu digital yang di-convert dari vynil. Insound juga memberikan 1-2 track gratis untuk di-download setiap harinya (mungkin sebagai bentuk dari promosinya).
Museopen
Museopen
Museopen adalah sebuat website non-profit yang memfokuskan pada pengembangan akses dan informasi musik serta sebagai bahan pendidikan. Museopen menyediakan musik rekaman gratis, sheet music dan textbooks kepada publik secara gratis. Suka dengan musik orkestra, Museopen bisa menjadi referensi yang bagus.
Overclocked Remix
Overclocked Remix
Suka dengan musik remix khas game? atau penggemar film Scott Pilgrim vs The World? Well, Overclocked Remix didedikasikan buat anda.
CCMixter
CCMixter
CCMixter hampir serupa seperti Overclocked Remix, tetapi lebih luas dan tidak terfokus hanya untuk musik remix game saja. Musisi remix maupun komunitas remix bisa men- upload karyanya di sini untuk dibagikan secara gratis.
Penutup
Cukup banyak sekali online resource untuk mendapatkan lagu-lagu secara legal dan gratis. Hari gini dibilang gak gaul, karena playlist-mu terbatas? hehehe… balas deh tuh anak-anak songong dengan playlist lagu-lagu indie dan pengetahuan musik yang mumpuni yang didapat dari website-website diatas. “Is too mainstream! let’s get indie” *toss*
Hockey is not exactly known as a city game, but played on roller skates, it once held sway as the sport of choice in many New York neighborhoods.
“City kids had no rinks, no ice, but they would do anything to play hockey,” said Edward Moffett, former director of the Long Island City Y.M.C.A. Roller Hockey League, in Queens, whose games were played in city playgrounds going back to the 1940s.
From the 1960s through the 1980s, the league had more than 60 teams, he said. Players included the Mullen brothers of Hell’s Kitchen and Dan Dorion of Astoria, Queens, who would later play on ice for the National Hockey League.
One street legend from the heyday of New York roller hockey was Craig Allen, who lived in the Woodside Houses projects and became one of the city’s hardest hitters and top scorers.
“Craig was a warrior, one of the best roller hockey players in the city in the ’70s,” said Dave Garmendia, 60, a retired New York police officer who grew up playing with Mr. Allen. “His teammates loved him and his opponents feared him.”
Young Craig took up hockey on the streets of Queens in the 1960s, playing pickup games between sewer covers, wearing steel-wheeled skates clamped onto school shoes and using a roll of electrical tape as the puck.
His skill and ferocity drew attention, Mr. Garmendia said, but so did his skin color. He was black, in a sport made up almost entirely by white players.
“Roller hockey was a white kid’s game, plain and simple, but Craig broke the color barrier,” Mr. Garmendia said. “We used to say Craig did more for race relations than the N.A.A.C.P.”
Mr. Allen went on to coach and referee roller hockey in New York before moving several years ago to South Carolina. But he continued to organize an annual alumni game at Dutch Kills Playground in Long Island City, the same site that held the local championship games.
The reunion this year was on Saturday, but Mr. Allen never made it. On April 26, just before boarding the bus to New York, he died of an asthma attack at age 61.
Word of his death spread rapidly among hundreds of his old hockey colleagues who resolved to continue with the event, now renamed the Craig Allen Memorial Roller Hockey Reunion.
The turnout on Saturday was the largest ever, with players pulling on their old equipment, choosing sides and taking once again to the rink of cracked blacktop with faded lines and circles. They wore no helmets, although one player wore a fedora.
Another, Vinnie Juliano, 77, of Long Island City, wore his hearing aids, along with his 50-year-old taped-up quads, or four-wheeled skates with a leather boot. Many players here never converted to in-line skates, and neither did Mr. Allen, whose photograph appeared on a poster hanging behind the players’ bench.
“I’m seeing people walking by wondering why all these rusty, grizzly old guys are here playing hockey,” one player, Tommy Dominguez, said. “We’re here for Craig, and let me tell you, these old guys still play hard.”
Everyone seemed to have a Craig Allen story, from his earliest teams at Public School 151 to the Bryant Rangers, the Woodside Wings, the Woodside Blues and more.
Mr. Allen, who became a yellow-cab driver, was always recruiting new talent. He gained the nickname Cabby for his habit of stopping at playgrounds all over the city to scout players.
Teams were organized around neighborhoods and churches, and often sponsored by local bars. Mr. Allen, for one, played for bars, including Garry Owen’s and on the Fiddler’s Green Jokers team in Inwood, Manhattan.
Play was tough and fights were frequent.
“We were basically street gangs on skates,” said Steve Rogg, 56, a mail clerk who grew up in Jackson Heights, Queens, and who on Saturday wore his Riedell Classic quads from 1972. “If another team caught up with you the night before a game, they tossed you a beating so you couldn’t play the next day.”
Mr. Garmendia said Mr. Allen’s skin color provoked many fights.
“When we’d go to some ignorant neighborhoods, a lot of players would use slurs,” Mr. Garmendia said, recalling a game in Ozone Park, Queens, where local fans parked motorcycles in a lineup next to the blacktop and taunted Mr. Allen. Mr. Garmendia said he checked a player into the motorcycles, “and the bikes went down like dominoes, which started a serious brawl.”
A group of fans at a game in Brooklyn once stuck a pole through the rink fence as Mr. Allen skated by and broke his jaw, Mr. Garmendia said, adding that carloads of reinforcements soon arrived to defend Mr. Allen.
And at another racially incited brawl, the police responded with six patrol cars and a helicopter.
Before play began on Saturday, the players gathered at center rink to honor Mr. Allen. Billy Barnwell, 59, of Woodside, recalled once how an all-white, all-star squad snubbed Mr. Allen by playing him third string. He scored seven goals in the first game and made first string immediately.
“He’d always hear racial stuff before the game, and I’d ask him, ‘How do you put up with that?’” Mr. Barnwell recalled. “Craig would say, ‘We’ll take care of it,’ and by the end of the game, he’d win guys over. They’d say, ‘This guy’s good.’”