Biaya Ibadah Umroh November 2015 di Cawang Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Biaya Ibadah Umroh November 2015 di Cawang Alhijaz Indowisata didirikan oleh Bapak H. Abdullah Djakfar Muksen pada tahun 2010. Merangkak dari kecil namun pasti, alhijaz berkembang pesat dari mulai penjualan tiket maskapai penerbangan domestik dan luar negeri, tour domestik hingga mengembangkan ke layanan jasa umrah dan haji khusus. Tak hanya itu, pada tahun 2011 Alhijaz kembali membuka divisi baru yaitu provider visa umrah yang bekerja sama dengan muassasah arab saudi. Sebagai komitmen legalitas perusahaan dalam melayani pelanggan dan jamaah secara aman dan profesional, saat ini perusahaan telah mengantongi izin resmi dari pemerintah melalui kementrian pariwisata, lalu izin haji khusus dan umrah dari kementrian agama. Selain itu perusahaan juga tergabung dalam komunitas organisasi travel nasional seperti Asita, komunitas penyelenggara umrah dan haji khusus yaitu HIMPUH dan organisasi internasional yaitu IATA.
Sebuah riset terbaru dari
seorang ilmuwan Belanda mengguncangkan publik. Dia menemukan kandungan hemoglobin (darah merah)
dari babi sebagai salah satu bahan untuk filter rokok. Fakta mencengangkan ini diungkapkan
peneliti dari Eindhoven, Belanda, Christien Meindertsma, dan lalu didukung oleh Profesor
Kesehatan Masyarakat dari University of Sydney, Simon Chapman.
Sebuah riset terbaru dari
seorang ilmuwan Belanda mengguncangkan publik. Dia menemukan kandungan hemoglobin (darah merah)
dari babi sebagai salah satu bahan untuk filter rokok. Fakta mencengangkan ini diungkapkan
peneliti dari Eindhoven, Belanda, Christien Meindertsma, dan lalu didukung oleh Profesor
Kesehatan Masyarakat dari University of Sydney, Simon Chapman. Hemoglobin atau protein darah
babi, ternyata digunakan untuk membuat filter rokok agar lebih efektif untuk menangkap bahan
kimia berbahaya, sebelum masuk paru-paru seorang perokok. Menurut Chapman, industri rokok dunia
memang kerap merahasiakan bahan-bahan yang mereka gunakan. "Menurut mereka, ini adalah
bisnis dan rahasia dagang kami," kata Chapman seperti dilansir News.com, Kamis (1/4/2010).
Prof Chapman mengatakan penelitian ini memberitahu dunia tentang rahasia pembuatan rokok, dan
untuk meningkatkan kepedulian terhadap umat Muslim dan Yahudi yang taat, karena babi sangat
diharamkan bagi kedua agama tersebut. "Masyarakat Yahudi dan Muslim pasti akan menanggapi
hal ini dengan sangat serius, dan juga para vegetarian," pungkas Chapman. Tak ayal temuan
ini menjadi bahan diskusi serius para ulama Islam dan para agamawan Yahudi di berbagai
negara.
Ayu Ting Ting didampingi delapan pengacara, Untuk Hadapi Enji
Saco-Indonesia.com - Penyanyi dangdut Ayu Ting Ting benar-benar serius menghadapi kasus perceraiannya atas Enji. Tidak tanggung-tanggung, dia akan didampingi pengacara kelas wahid, OC Kaligis dan anggota timnya, sekitar 8 orang.
Saco-Indonesia.com - Penyanyi dangdut Ayu Ting Ting benar-benar serius menghadapi kasus perceraiannya atas Enji. Tidak tanggung-tanggung, dia akan didampingi pengacara kelas wahid, OC Kaligis dan anggota timnya, sekitar 8 orang.
Salah satu tim anggota tim pengacara OC Kaligis, Alfian Bonjol menganggap niat Ayu Ting Ting menggunakan delapan pengacara sebagai sesuatu yang wajar. Pihaknya pun tidak kesulitan untuk menghadapi permintaan kliennya.
"Di kantor kami ada 80 orang lawyer. Ini Ayu cuma pakai 8 lawyer, jadi enggak masalah kan," tandas Alfian Bonjol sambil tersenyum, saat mendampingi Ayu Ting Ting mendaftarkan gugatannya di Pengadilan Agama (PA) Depok, Jawa Barat, Senin (27/1).
Di tempat yang sama, Ayu Ting Ting juga menyampaikan bantahan kalau dirinya harus menjual mobil, demi membayar para pengacaranya tersebut.
KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.
Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.
“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”
Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.