saco-indonesia.com, PENYAKIT ginjal merupakan penyakit yang harus dihindari oleh semua orang. Pasalnya, penyakit ini juga sulit
saco-indonesia.com, PENYAKIT ginjal merupakan penyakit yang harus dihindari oleh semua orang. Pasalnya, penyakit ini juga sulit dideteksi dan sering mengancam nyawa seseorang.
Penyakit ginjal juga dikenal sebagai 'silent disease ' karena sering tak ada tanda-tanda peringatan. Jika tak terdeteksi, hal itu juga hanya akan memperburuk kondisinya dari waktu ke waktu. Bentuk yang lebih kronis penyakit ginjal ialah hilangnya secara progresif fungsi ginjal dalam tubuh selama periode bulan atau tahun. Seringkali, penyakit ini juga hanya didiagnosis dari hasil dari skrining untuk dapat diketahui berada di tingkat mana risiko tinggi penyakit ginjalnya.
Oleh sebab itu, menjadi hal penting bila Anda mengetahui tanda-tanda peringatan agar bisa terhindar dari risiko itu. Namun tak perlu cemas, sebab Kanchan Naikawadi, Direktur, Indus Kesehatan Plus (P) Ltd, telah memberitahu kita tentang berbagai gejala ginjal pada orang dewasa yang tak boleh diabaikan.
Gejala-gejala penyakit ginjal biasanya tak spesifik dan berkaitan dengan gaya hidup, yang bisa dapat menyebabkan orang down atau terpuruk. Umumnya, gejala terkait muncul ketika penyakit sudah parah.
Banyak gejala seperti yang ada di bawah ini yang bisa dihindari jika pengobatan dimulai pada tahap awal. Bahkan, jika tak ada gejala, bagi penderita diabetes, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga penyakit ginjal atau di atas usia 60 harus melakukan skirining karena mereka adalah kelompok-kelompok berisiko tinggi. Seperti dalam kasus penderita diabetes, statistik telah menunjukkan bahwa sekira 40 persen cenderung mengembangkan penyakit ginjal kronis.
Untuk dapat mengetahui lebih lanjut, apa sajakah gejala itu. Berikut, Kanchan, akan memaparkan penjelasannya .
Nafsu makan kurang dan penurunan berat badan
Kedua gejala itu juga merupakan gejala paling umum yang sering diabaikan sebagai sesuatu yang serius. Umumnya, kesibukan kita saat bekerja juga merupakan pemicu nafsu makan memburuk, apalagi saat sedang serius menapaki tangga karier Anda. Sementara penururnan berat badan, sayangnya banyak orang yang "welcome" terhadap gejala ini. Padahal kondisi itu adalah dimana penyakit ginjal itu dimulai. Tubuh harus membutuhkan nutrisi dan energi untuk dapat melakukan bahkan tugas yang paling dasar setiap hari, dimana bersumber dari asupan makanan. Karenaya, sangat penting untuk dapat menjaga asupan makanan yang Anda masukkan ke dalam tubuh.
Kaki bengkak, tangan atau pada pergelangan kaki
Ginjal yang seharusnya untuk dapat menghilangkan limbah dan cairan ekstra dalam tubuh. Ketika ginjal gagal untuk bisa menjalankan fungsi mereka, cairan ekstra dalam tubuh Anda akan mulai membangun ruang dan dapat menyebabkan pembengkakan di wajah, tangan, kaki, kaki atau pergelangan kaki karena ada peningkatan retensi air.
Sesak napas dan kelelahan
Selain penyaringan toksin dari tubuh, ginjal juga menghasilkan hormon yang disebut eritropoietin. Hormon-hormon ini yang membantu membawa oksigen sel darah merah ke seluruh tubuh. Bila ginjal berhenti berfungsi, mereka mungkin tak menghasilkan erythropoietin cukup sehingga lebih sedikit sel darah merah untuk bisa membawa oksigen dalam tubuh dan menyebabkan otot-otot dan otak mudah keletihan dengan sangat cepat. Kondisi ini disebut anemia. Biasanya, orang merasa tenaganya terkuras tanpa melakukan apa-apa. Selain itu, ia juga akan sulit menarik napasnya.
Editor : Dian Sukmawati
Ilmuwan berhasil menemukan satu
lagi planet alien alias planet yang berada di luar Tata Surya.
WASHINGTON, Saco-
Indonesia.com - Ilmuwan berhasil menemukan satu lagi planet alien alias planet yang
berada di luar Tata Surya. Planet tersebut dinamai Kepler 76b serta punya sebutan Planet
Einstein.
Planet Einstein adalah planet gas panas yang ukurannya 25 persen
lebih besar dari Jupiter. Planet ini berjarak 2000 tahun cahaya dari Bumi.
Planet ini berjarak sangat dekat dengan bintangnya. Lingkungannya amat panas, suhunya
mencapai 1982 derajat Celsius. Sementara, satu tahun di planet ini setara dengan 1,5 hari di
Bumi.
Ilmuwan menyebut Kepler 76-b sebagai planet Einstein karena terkait
proses penemuannya yang didasarkan pada pemahaman tentang relativitas Einstein.
Teknik penemuan planet terbaru itu pertama kali dikemukakan oleh Avie Loeb dari Harvard
Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) pada tahun 2003.
Dengan teknik ini,
penemuan planet dilakukan dengan melihat perubahan kecil pada bintang akibat planet yang
mengelilinginya dan perubahan jaraknya relatif terhadap Bumi.
Perubahan yang
dilihat antara lain peningkatan intensitas cahaya bintang akibat jaraknya yang lebih dekat
terhadap Bumi dan peredupannya saat menjauh.
Perubahan lain yang dilihat
adalah pelebaran kenampakan bintang hingga menyerupai football akibat gaya tarik planet yang
mengelilinginya. Pelebaran juga menyebabkan peningkatan intensitas cahaya.
Sementara, hal terakhir yang dilihat adalah cahaya bintang yang dipantulkan oleh planet yang
mengelilinginya.
"Kami mendeteksi efek yang sangat kecil. Kami butuh
pengukuran dengan akurasi tinggi untuk melihat kecerlangan bintang, hingga skala bagian per
juta," kata David Latham dari CfA.
Simchon Faigler dari Tel Aviv
University di Israel yang juga terlibat studi menuturkan bahwa hal pengukuran dimungkinkan
karena data memadai yang telah dikoleksi wahana Kepler.
Tsevi Mazeh dari Tel
Aviv Unicersity seperti dikutip Physorg, Senin (13/5/2013), mengatakan, "Ini
pertama kalinya aspek teori relativitas Einstein dipakai untuk menemukan planet."
Penemuan planet biasanya dilakukan dengan metode transit, dengan melihat peredupan
cahaya bintang saat ada planet melewati mukanya, atau teknik radial velocity.
Walau tak mampu menemukan planet sukuran Bumi, teknik baru ini memberikan kelebihan. Misalnya,
penemuan planet alien tak harus menunggu adanya planet yang transit di muka bintangnya.
Penemuan Planet Einstein dipublikasikan di Astrophysical Journal, pasa Senin
kemarin.
Editor :Liwon Maulana(galipat)
From sea to shining sea, or at least from one side of the Hudson to the other, politicians you have barely heard of are being accused of wrongdoing. There were so many court proceedings involving public officials on Monday that it was hard to keep up.
In Newark, two underlings of Gov. Chris Christie were arraigned on charges that they were in on the truly deranged plot to block traffic leading onto the George Washington Bridge.
Ten miles away, in Lower Manhattan, Dean G. Skelos, the leader of the New York State Senate, and his son, Adam B. Skelos, were arrested by the Federal Bureau of Investigation on accusations of far more conventional political larceny, involving a job with a sewer company for the son and commissions on title insurance and bond work.
The younger man managed to receive a 150 percent pay increase from the sewer company even though, as he said on tape, he “literally knew nothing about water or, you know, any of that stuff,” according to a criminal complaint the United States attorney’s office filed.
The success of Adam Skelos, 32, was attributed by prosecutors to his father’s influence as the leader of the Senate and as a potentate among state Republicans. The indictment can also be read as one of those unfailingly sad tales of a father who cannot stop indulging a grown son. The senator himself is not alleged to have profited from the schemes, except by being relieved of the burden of underwriting Adam.
The bridge traffic caper is its own species of crazy; what distinguishes the charges against the two Skeloses is the apparent absence of a survival instinct. It is one thing not to know anything about water or that stuff. More remarkable, if true, is the fact that the sewer machinations continued even after the former New York Assembly speaker, Sheldon Silver, was charged in January with taking bribes disguised as fees.
It was by then common gossip in political and news media circles that Senator Skelos, a Republican, the counterpart in the Senate to Mr. Silver, a Democrat, in the Assembly, could be next in line for the criminal dock. “Stay tuned,” the United States attorney, Preet Bharara said, leaving not much to the imagination.
Even though the cat had been unmistakably belled, Skelos father and son continued to talk about how to advance the interests of the sewer company, though the son did begin to use a burner cellphone, the kind people pay for in cash, with no traceable contracts.
That was indeed prudent, as prosecutors had been wiretapping the cellphones of both men. But it would seem that the burner was of limited value, because by then the prosecutors had managed to secure the help of a business executive who agreed to record calls with the Skeloses. It would further seem that the business executive was more attentive to the perils of pending investigations than the politician.
Through the end of the New York State budget negotiations in March, the hopes of the younger Skelos rested on his father’s ability to devise legislation that would benefit the sewer company. That did not pan out. But Senator Skelos did boast that he had haggled with Gov. Andrew M. Cuomo, a Democrat, in a successful effort to raise a $150 million allocation for Long Island to $550 million, for what the budget called “transformative economic development projects.” It included money for the kind of work done by the sewer company.
The lawyer for Adam Skelos said he was not guilty and would win in court. Senator Skelos issued a ringing declaration that he was unequivocally innocent.
THIS was also the approach taken in New Jersey by Bill Baroni, a man of great presence and eloquence who stopped outside the federal courthouse to note that he had taken risks as a Republican by bucking his party to support paid family leave, medical marijuana and marriage equality. “I would never risk my career, my job, my reputation for something like this,” Mr. Baroni said. “I am an innocent man.”
The lawyer for his co-defendant, Bridget Anne Kelly, the former deputy chief of staff to Mr. Christie, a Republican, said that she would strongly rebut the charges.
Perhaps they had nothing to do with the lane closings. But neither Mr. Baroni nor Ms. Kelly addressed the question of why they did not return repeated calls from the mayor of Fort Lee, N.J., begging them to stop the traffic tie-ups, over three days.
That silence was a low moment. But perhaps New York hit bottom faster. Senator Skelos, the prosecutors charged, arranged to meet Long Island politicians at the wake of Wenjian Liu, a New York City police officer shot dead in December, to press for payments to the company employing his son.
Sometimes it seems as though for some people, the only thing to be ashamed of is shame itself.